• Mengejar matahari terbit agar dapat menyaksikan lumba-lumba di laut lepas
  • Pantai ini telah diakui keindahannya oleh UNDP
  • DESKRIPSI GAMBAR 3
  • DESKRIPSI GAMBAR 4
Rabu, 29 Februari 2012

Tips Kembali dari Safar

Setelah sebelumnya kami mengkaji tips persiapan safar dan tips ketika safar, saat ini kita akan memberikan tips sekembali dari safar. Semoga sajian ini bermanfaat dan bisa diamalkan.

Pertama, memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga ketika ingin kembali dari safar. Bahkan tidak disukai jika datang kembali dari bepergian pada malam hari tanpa memberitahukan pada keluarga terlebih dahulu.

Dari Jabir, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

نَهَى النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - أَنْ يَطْرُقَ أَهْلَهُ لَيْلاً
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang untuk pulang dari bepergian lalu menemui keluarganya pada malam hari.[1]

Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ لاَ يَطْرُقُ أَهْلَهُ لَيْلاً وَكَانَ يَأْتِيهِمْ غُدْوَةً أَوْ عَشِيَّةً
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa tidak pulang dari bepergian lalu menemui keluarganya pada malam hari. Beliau biasanya datang dari bepergian pada pagi atau sore hari.[2]

Kedua, berdo’a ketika kembali dari safar.

Do’a ketika kembali dari safar sama dengan do’a ketika hendak pergi safar yaitu mengucapkan, “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar”, kemudian membaca,

سُبْحَانَ الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِى سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِى السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِى الأَهْلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِى الْمَالِ وَالأَهْلِ

Subhanalladzi sakhkhoro lana hadza wa maa kunna  lahu muqrinin. Wa inna ila robbina lamunqolibuun[3]. Allahumma innaa nas’aluka fi safarinaa hadza al birro wat taqwa wa minal ‘amali ma tardho. Allahumma hawwin ‘alainaa safaronaa hadza, wathwi ‘anna bu’dahu. Allahumma antash shoohibu fis safar, wal kholiifatu fil ahli. Allahumma inni a’udzubika min wa’tsaa-is safari wa ka-aabatil manzhori wa suu-il munqolabi fil maali wal ahli.” (Mahasuci Allah yang telah menundukkan untuk kami kendaraan ini, padahal kami sebelumnya tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya, dan sesungguhnya hanya kepada Rabb kami, kami akan kembali. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan, taqwa dan amal yang Engkau ridhai dalam perjalanan kami ini. Ya Allah mudahkanlah perjalanan kami ini, dekatkanlah bagi kami jarak yang jauh. Ya Allah, Engkau adalah rekan dalam perjalanan dan pengganti di tengah keluarga. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesukaran perjalanan, tempat kembali yang menyedihkan, dan pemandangan yang buruk pada harta dan keluarga)

Dan ditambahkan membaca,

آيِبُونَ تَائِبُونَ عَابِدُونَ لِرَبِّنَا حَامِدُونَ
Aayibuuna taa-ibuuna ‘aabiduun. Lirobbinaa haamiduun (Kami kembali dengan bertaubat, tetap beribadah dan selalu memuji Rabb kami).”[4]

Ketiga, melakukan shalat dua raka’at di masjid ketika tiba dari safar.

Dari Ka’ab, beliau mengatakan,

أَنَّ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ ضُحًى دَخَلَ الْمَسْجِدَ ، فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يَجْلِسَ
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika tiba dari safar pada waktu Dhuha, beliau memasuki masjid kemudian beliau melaksanakan shalat dua raka’at sebelum beliau duduk.[5]

Dari Jabir bin ‘Abdillah, beliau mengatakan, “Aku pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam safar. Tatkala kami tiba di Madinah, beliau mengatakan padaku,

ادْخُلِ الْمَسْجِدَ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ
Masukilah masjid dan lakukanlah shalat dua raka’at.[6]

Semoga sajian singkat ini bermanfaat. Semoga safar kita menjadi lebih berkah.

Direvisi ulang 13 Ramadhan 1431 H, 23 Agustus 2010 di Panggang-Gunung Kidul
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.rumaysho.com



[1] HR. Bukhari no. 1801
[2] HR. Bukhari no. 1800 dan Muslim no. 1928.
[3] QS. Az Zukhruf: 13-14
[4] HR. Muslim no. 1342, dari ‘Abdullah bin ‘Umar
[5] HR. Bukhari no. 3088
[6] HR. Bukhari no. 3087
Minggu, 26 Februari 2012

Tips Ketika Safar

Sebelumnya telah kita kaji bersama mengenai beberapa hal yang mesti dipersiapkan sebelum melakukan safar. Saat ini kita akan melanjutkan bagaimanakah tuntunan yang bisa diamalkan ketika di perjalanan atau ketika safar. Semoga perjalanan mudik kita semakin berkah dengan mengamalkan tips berikut ini.

Membaca Do’a Ketika Naik Kendaraan

Ketika menaikkan kaki di atas kendaraan hendaklah seorang musafir membaca, “Bismillah, bismillah, bismillah”. Ketika sudah berada di atas kendaraan, hendaknya mengucapkan, “Alhamdulillah”. Lalu membaca,

سُبْحَانَ الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ

“Subhanalladzi sakh-khoro lanaa hadza wa maa kunna lahu muqriniin. Wa inna ilaa robbina lamun-qolibuun” (Maha Suci Allah yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami)[1].

Kemudian mengucapkan, “Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah”. Lalu mengucapkan, “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar.” Setelah itu membaca,

سُبْحَانَكَ إِنِّى قَدْ ظَلَمْتُ نَفْسِى فَاغْفِرْ لِى فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ

“Subhaanaka inni qod zholamtu nafsii, faghfirlii fa-innahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta” (Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku telah menzholimi diriku sendiri, maka ampunilah aku karena tidak ada yang mengampuni dosa-dosa selain Engkau).[2]

Membaca Do’a dan Dzikir Safar

Jika sudah berada di atas kendaraan untuk melakukan perjalanan, hendaklah mengucapkan, “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar.” Setelah itu membaca,

سُبْحَانَ الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِى سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِى السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِى الأَهْلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِى الْمَالِ وَالأَهْلِ

“Subhanalladzi sakh-khoro lanaa hadza wa maa kunna lahu muqrinin. Wa inna ila robbina lamun-qolibuun[3]. Allahumma innaa nas’aluka fii safarinaa hadza al birro wat taqwa wa minal ‘amali ma tardho. Allahumma hawwin ‘alainaa safaronaa hadza, wathwi ‘anna bu’dahu. Allahumma antash shoohibu fis safar, wal kholiifatu fil ahli. Allahumma inni a’udzubika min wa’tsaa-is safari wa ka-aabatil manzhori wa suu-il munqolabi fil maali wal ahli.” (Mahasuci Allah yang telah menundukkan untuk kami kendaraan ini, padahal kami sebelumnya tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya, dan sesungguhnya hanya kepada Rabb kami, kami akan kembali. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan, taqwa dan amal yang Engkau ridhai dalam perjalanan kami ini. Ya Allah mudahkanlah perjalanan kami ini, dekatkanlah bagi kami jarak yang jauh. Ya Allah, Engkau adalah rekan dalam perjalanan dan pengganti di tengah keluarga. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesukaran perjalanan, tempat kembali yang menyedihkan, dan pemandangan yang buruk pada harta dan keluarga)[4]

Dalam perjalanan, hendaknya seorang musafir membaca dzikir “subhanallah” ketika melewati jalan menurun dan “Allahu akbar” ketika melewati jalan mendaki. Dalam sebuah riwayat disebutkan,

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم و أصحابه إذا علوا الثنايا كبروا و إذا هبطوا سبحوا

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya biasa jika melewati jalan mendaki, mereka bertakbir (mengucapkan “Allahu Akbar”). Sedangkan apabila melewati jalan menurun, mereka bertasbih (mengucapkan “Subhanallah”).”[5]

Hendaklah Memperbanyak Do’a Ketika Safar

Hendaklah seorang musafir memperbanyak do’a ketika dalam perjalanan karena do’a seorang musafir adalah salah satu do’a yang mustajab (terkabulkan).

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَالْمَظْلُومِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ

“Tiga do’a yang tidak diragukan lagi terkabulnya yaitu do’a seorang musafir, do’a orang yang terzholimi, dan do’a orang tua kepada anaknya.”[6]

Membaca Do’a Ketika Mampir di Suatu Tempat

Hendaklah seorang musafir ketika mampir di suatu tempat membaca, “A’udzu bi kalimaatillahit taammaati min syarri maa kholaq (Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejelekan setiap makhluk).”

Tujuannya agar terhindar dari berbagai macam bahaya dan gangguan. Dari Khowlah binti Hakim As Sulamiyah, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ نَزَلَ مَنْزِلاً ثُمَّ قَالَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. لَمْ يَضُرُّهُ شَىْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ

“Barangsiapa yang singgah di suatu tempat kemudian dia mengucapkan, ”A’udzu bi kalimaatillahit taammaati min syarri maa kholaq (Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejelekan setiap makhluk)”, maka tidak ada satu pun yang akan membahayakannya sampai dia pergi dari tempat tersebut.”[7]

Ketika Kendaraan Tiba-tiba Mogok atau Rusak

Jika kendaraan mogok, janganlah menjelek-jelekkan syaithan karena syaithan akan semakin besar kepala. Namun ucapkanlah basmalah (bacaan “bismillah”).

Dari Abul Malih dari seseorang, dia berkata, “Aku pernah diboncengi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu tunggangan yang kami naiki tergelincir. Kemudian aku pun mengatakan, “Celakalah syaithan”. Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammenyanggah ucapanku tadi,

لاَ تَقُلْ تَعِسَ الشَّيْطَانُ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَعَاظَمَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الْبَيْتِ وَيَقُولَ بِقُوَّتِى وَلَكِنْ قُلْ بِسْمِ اللَّهِ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَصَاغَرَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الذُّبَابِ

“Janganlah engkau ucapkan ‘celakalah syaithan’, karena jika engkau mengucapkan demikian, setan akan semakin besar seperti rumah. Lalu setan pun dengan sombongnya mengatakan, ‘Itu semua terjadi karena kekuatanku’. Akan tetapi, yang tepat ucapkanlah “Bismillah”. Jika engkau mengatakan seperti ini, setan akan semakin kecil sampai-sampai dia akan seperti lalat.”[8]

Musafir Ketika Bertemu Waktu Sahur (Menjelang Shubuh)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika bersafar dan bertemu dengan waktu sahur, beliau mengucapkan,

سَمَّعَ سَامِعٌ بِحَمْدِ اللَّهِ وَحُسْنِ بَلاَئِهِ عَلَيْنَا رَبَّنَا صَاحِبْنَا وَأَفْضِلْ عَلَيْنَا عَائِذًا بِاللَّهِ مِنَ النَّارِ

“Samma’a saami’un bi hamdillahi wa husni balaa-ihi ‘alainaa. Robbanaa shohibnaa wa afdhil ‘alainaa ‘aa-idzan billahi minan naar (Semoga ada yang memperdengarkan pujian kami kepada Allah atas nikmat dan cobaan-Nya yang baik bagi kami. Wahai Rabb kami, peliharalah kami dan berilah karunia kepada kami dengan berlindung kepada Allah dari api neraka).”[9]


Direvisi ulang 4 Ramadhan 1431 H, 14 Agustus 2010 di Panggang-Gunung Kidul

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal



[1] QS. Az Zukhruf: 13-14

[2] HR. At Tirmidzi no. 3446, dari ‘Ali bin Abi Thalib. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.

[3] QS. Az Zukhruf: 13-14

[4] HR. Muslim no. 1342, dari ‘Abdullah bin ‘Umar.

[5] Lihat Al Kalim Ath Thoyyib no. 175. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa riwayat ini shahih.

[6] HR. Ahmad 2/434. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan dilihat dari jalur lainnya.

[7] HR. Muslim no. 2708

[8] HR. Abu Daud no. 4982 dan Ahmad 5/95. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih

[9] HR. Muslim no. 2718

Tips Persiapan Safar

Sebelum mengadakan perjalanan jauh atau Safar, ada baiknya terlebih dahulu melakukan persiapan-persiapan sebagai berikut:

Pertama, melakukan shalat istikharah terlebih dahulu untuk memohon petunjuk kepada Allah mengenai waktu safar, kendaraan yang digunakan, teman perjalanan dan arah jalan. Dari Jabir bin ‘Abdillah, beliau berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يُعَلِّمُ أَصْحَابَهُ الاِسْتِخَارَةَ فِى الأُمُورِ كُلِّهَا ، كَمَا يُعَلِّمُ السُّورَةَ مِنَ الْقُرْآنِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengajari para sahabatnya shalat istikhoroh dalam setiap urusan. Beliau mengajari shalat ini sebagaimana beliau mengajari surat dari Al Qur’an.” [1]

Kedua, jika sudah bulat melakukan perjalanan, maka perbanyaklah taubat yaitu meminta ampunan pada Allah dari segala macam maksiat, mintalah maaf kepada orang lain atas tindak kezholiman yang pernah dilakukan, dan minta dihalalkan jika ada muamalah yang salah dengan sahabat atau lainnya.

Ketiga, menyelesaikan berbagai persengketaan, seperti menunaikan utang pada orang lain yang belum terlunasi sesuai kemampuan, menunjuk siapa yang bisa menjadi wakil tatkala ada utang yang belum bisa dilunasi, mengembalikan barang-barang titipan, mencatat wasiat, dan memberikan nafkah yang wajib bagi anggota keluarga yang ditinggalkan.

Keempat, meminta restu dan ridho orang tua atau keluarga, tempat berbakti dan berbuat baik.[2]

Kelima, melakukan safar atau perjalanan bersama tiga orang atau lebih. Sebagaimana hadits,

الرَّاكِبُ شَيْطَانٌ وَالرَّاكِبَانِ شَيْطَانَانِ وَالثَّلاَثَةُ رَكْبٌ

“Satu pengendara (musafir) adalah syaithan, dua pengendara (musafir) adalah dua syaithan, dan tiga pengendara (musafir) itu baru disebut rombongan musafir.”[3]

Yang dimaksud dengan syaithan di sini adalah jika kurang dari tiga orang, musafir tersebut sukanya membelot dan tidak taat.[4]Namun larangan di sini bukanlah haram (tetapi makruh) karena larangannya berlaku pada masalah adab.[5]

Keenam, mengangkat pemimpin dalam rombongan safar yang mempunyai akhlaq yang baik, akrab, dan punya sifat tidak egois. Juga mencari teman-teman yang baik dalam perjalanan. Adapun perintah untuk mengangkat pemimpin ketika safar adalah,

إِذَا كَانَ ثَلاَثَةٌ فِى سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُوا أَحَدَهُمْ

“Jika ada tiga orang keluar untuk bersafar, maka hendaklah mereka mengangkat salah di antaranya sebagai ketua rombongan.”[6]

Ketujuh, hendaklah melakukan safar pada waktu terbaik.

Dianjurkan untuk melakukan safar pada hari Kamis sebagaimana kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari Ka’ab bin Malik, beliau berkata,

أَنَّ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - خَرَجَ يَوْمَ الْخَمِيسِ فِى غَزْوَةِ تَبُوكَ ، وَكَانَ يُحِبُّ أَنْ يَخْرُجَ يَوْمَ الْخَمِيسِ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju perang Tabuk pada hari Kamis. Dan telah menjadi kebiasaan beliau untuk bepergian pada hari Kamis.”[7]

Dianjurkan pula untuk mulai bepergian pada pagi hari karena waktu pagi adalah waktu yang penuh berkah. Sebagaimana do’a Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada waktu pagi,

اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا

“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.”[8]

Ibnu Baththol mengatakan, “Adapun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhususkan waktu pagi dengan mendo’akan keberkahan pada waktu tersebut daripada waktu-waktu lainnya karena waktu pagi adalah waktu yang biasa digunakan manusia untuk memulai amal (aktivitas). Waktu tersebut adalah waktu bersemangat (fit) untuk beraktivitas. Oleh karena itu, Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhususkan do’a pada waktu tersebut agar seluruh umatnya mendapatkan berkah di dalamnya.”[9]

Juga waktu terbaik untuk melakukan safar adalah di waktu duljah. Sebagian ulama mengatakan bahwa duljah bermakna awal malam. Ada pula yang mengatakan seluruh malam karena melihat kelanjutan hadits. Jadi dapat kita maknakan bahwa perjalanan di waktu duljah adalah perjalanan di malam hari[10]. Perjalanan di waktu malam itu sangatlah baik karena ketika itu jarak bumi seolah-olah didekatkan. Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَلَيْكُمْ بِالدُّلْجَةِ فَإِنَّ الأَرْضَ تُطْوَى بِاللَّيْلِ

“Hendaklah kalian melakukan perjalanan di malam hari, karena seolah-olah bumi itu terlipat ketika itu.”[11]

Kedelapan, melakukan shalat dua raka’at ketika hendak pergi[12]. Sebagaimana terdapat hadits dari Abu Hurairah, Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا خَرَجْتَ مِنْ مَنْزِلِكَ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ يَمْنَعَانِكَ مِنْ مَخْرَجِ السُّوْءِ وَإِذَا دَخَلْتَ إِلَى مَنْزِلِكَ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ يَمْنَعَانِكَ مِنْ مَدْخَلِ السُّوْءِ

“Jika engkau keluar dari rumahmu, maka lakukanlah shalat dua raka’at yang dengan ini akan menghalangimu dari kejelekan yang berada di luar rumah. Jika engkau memasuki rumahmu, maka lakukanlah shalat dua raka’at yang akan menghalangimu dari kejelekan yang masuk ke dalam rumah.”[13]

Kesembilan, berpamitan kepada keluarga dan orang-orang yang ditinggalkan.

Do’a yang biasa diucapkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang yang hendak bersafar adalah,

أَسْتَوْدِعُ اللَّهَ دِينَكَ وَأَمَانَتَكَ وَخَوَاتِيمَ عَمَلِكَ

“Astawdi’ullaha diinaka, wa amaanataka, wa khowaatiima ‘amalik (Aku menitipkan agamamu, amanahmu, dan perbuatan terakhirmu kepada Allah)”[14].

Kemudian hendaklah musafir atau yang bepergian mengatakan kepada orang yang ditinggalkan,

أَسْتَوْدِعُكَ اللَّهَ الَّذِى لاَ تَضِيعُ وَدَائِعُهُ

“Astawdi’ukallaha alladzi laa tadhi’u wa daa-i’ahu (Aku menitipkan kalian pada Allah yang tidak mungkin menyia-nyiakan titipannya).”[15]

Kesepuluh, ketika keluar rumah dianjurkan membaca do’a:

بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ

“Bismillahi tawakkaltu ‘alallah laa hawla wa laa quwwata illa billah” (Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada-Nya, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya)[16].

Atau bisa pula dengan do’a:

اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عليَّ

“Allahumma inni a’udzu bika an adhilla aw udholla, aw azilla aw uzalla, aw azhlima aw uzhlama, aw ajhala aw yujhala ‘alayya”[Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesesatan diriku atau disesatkan orang lain, dari ketergelinciran diriku atau digelincirkan orang lain, dari menzholimi diriku atau dizholimi orang lain, dari kebodohan diriku atau dijahilin orang lain][17].


Direvisi ulang 4 Ramadhan 1431 H, 14 Agustus 2010 di Panggang-Gunung Kidul

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal


---------------------------------------------------
[1] HR. Bukhari no. 7390.

[2] Adab pertama sampai keempat dijelaskan dalam Al Ghuror As Saafir fiima Yahtaaju ilaihil Musaafir, hal. 15-16, Al Imam Az Zarkasiy, Asy Syamilah.

[3] HR. Abu Daud no. 2607, At Tirmidzi no. 1674 dan Ahmad 2/186. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 62.

[4] Lihat Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, Darul Ma’rifah, 1379, 6/53 dan penjelasan Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 62.

[5] Lihat perkataan Ath Thobari yang dibawakan oleh Ibnu Hajar Al Asqolani dalam Fathul Bari, 6/53.

[6] HR. Abu Daud no. 2609. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih.

[7] HR. Bukhari no. 2950.

[8] HR. Abu Daud no. 2606 dan At Tirmidzi no. 1212. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih dilihat dari jalur lainnya (baca: shahih lighoirihi). Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1693.

[9] Syarhul Bukhari Libni Baththol, Asy Syamilah, 9/163.

[10] Lihat ‘Aunul Ma’bud, Muhammad Syamsul Haq Abu Ath Thoyib, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah, Beirut, cetakan kedua, 1415 H, 7/171.

[11] HR. Abu Daud no. 2571, Al Hakim dalam Al Mustadrok 1/163, dan Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro 5/256. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat As Silsilah Ash Shahihah no. 681.

[12] Lihat pembahasan di Jaami Shohih Al Adzkar, Abul Hasan Muhammad bin Hasan Asy Syaikh, Darul ‘Awashim, cetakan kedua, Januari 2006, hal. 153.

[13] HR. Al Bazzar, hadits ini shahih. Lihat As Silsilah Ash Shohihah no. 1323

[14] HR. Abu Daud no. 2600, Tirmidzi no. 3443 dan Ibnu Majah no. 2826. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat As Silsilah Ash Shahihah no. 14 dan 15.

[15] HR. Ibnu Majah no. 2825. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.

[16] HR. Abu Daud no. 5095 dan Tirmidzi no. 3426, dari Anas bin Malik. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1605.

[17] HR. Abu Daud no. 5094 dan Ibnu Majah no. 3884, dari Ummu Salamah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 2442.
Rabu, 15 Februari 2012

Tempat Wisata Menarik Di Bali - Kintamani


Kintamani, yang terletak di kabupaten Bangli, merupakan salah satu tempat wisata favorit pilihan wisatawan baik domestik maupun luar negeri.

Umumnya di hampir semua travel agent atau tour operator di Bali, Kintamani masuk dalam itinerary (rute perjalanan wisata) setelah mengunjungi Batu Bulan (Tari Barong), kawasan wisata Ubud atau Sukawati sebagai pusat perbelanjaan.
Kintamani menawarkan suasana perbukitan yang segar dengan suhu udara sekitar 18 derajat celcius, mirip seperti udara di Bedugul. Daya tarik utama dari kawasan Kintamani adalah pemandangan Gunung dan Danau Batur. Gunung Batur merupakan gunung yang masih berstatus aktif dan tertinggi kedua setelah gunung Agung di Besakih. Suasana terbaik adalah ketika menikmati hidangan santap siang sambil menikmati keindahan danau dan gunung ini yang menyemburkan asap bersahabat.

Tertarik untuk lebih mengenal Kintamani? Sempatkan juga diri anda untuk mengunjungi desa Trunyan yang terletak di dekat danau. Tapi anda mesti menyebrang dengan perahu untuk sampai di sana dengan perjalanan kurang lebih 20 menit. Yang menarik dan unik yaitu cara pemakaman penduduk lokal yang tentunya berbeda dari kelaziman di Bali. Mayat disandarkan di pohon tanpa dikuburkan. Tapi yang unik mayat tidak mengeluarkan bau karena ternetralkan oleh bau harum kayu yang dinamakan Menyan.

Unik bukan? Kalau tertarik, kenapa tidak memasukkan alternative tempat wisata Kintamani dalam liburan anda? Selamat berlibur di Bali.
Senin, 13 Februari 2012

PANTAI BARON DAN KUKUP




Pantai ini terletak di Kabupaten Gunung Kidul. Untuk mencapai, terlebih dahulu kita harus mencapai kota Wonosari . Ibukota Kabupaten Gunung kidul yang terletak lebih kurang 40 km dari kota Yogyakarta, Prasarana jalan yang menuju ke kota Wonosari ini cukup baik, jalan berkelok-kelok naik turun melintasi beberapa daerah yang indah pemandangannya.

Jarak Kota Wonosari dengan pantai Baron kurang lebih 20 km, dengan dipenuhi oleh pohon kelapa. Teluk ini merupakan muara dari aliran sungai dibawah batu karang yang airnya cukup jernih. Ombak pantai Baron agak besar, tetapi para pengunjung masih dapat berenang-renang di pantai ini samapi batas yang diperkenankan, yang di tanda dengan rentangan kawat yang membentang sepanjang diatas teluk itu.



Berwisata ke pantai Kukup, merupakan mata rantai dari kunjungan rekreasi ke pantai Baron , sebab jarak diantara kedua pantai tersebut lebih kurang hanya 1 km saja , bilamana pantai Baron berpasir hitam, maka pasir pantai Kukup ini lain keadaannya, yakni berpasir putih kekuning-kuningan. Goa-gua karang yang teduh, serta ikan hias air laut banyak didapati didaerah ini dan sangat memikat para wisatawan untuk melihat laut Indonesia yang sangat mempesona.


Minggu, 12 Februari 2012

Tempat wisata – Wakatobi, Belitong




Tempat wisata – Sail Wakatobi-Belitung (SWB) 2011, adalah even internasional bahari terbesar yang akan di gelar pemerintah Indonesia pada tahun ini. Mengulang sukses tahun sebelumnya yaitu Sail Bunaken 2009 dan Sail Banda 2010 dapat dipastikan even ini akan kembali menggemparkan dunia internasional. Untuk tahun ini seluruh kegiatan bahari yang berskala internasional tersebut dapat dipastikan akan diikuti tak kurang dari 200 yatch dari seluruh penjuru dunia.Mulai tahun 2009, Kabupaten Wakatobi sudah tercatat di dunia sebagai destinasi Rally Yacht Internasional. Dengan demikian, Wakatobi pada tahun-tahun mendatang akan terus disinggahi kapal-kapal pesiar.


Obyek wisata wakatobi sudah dua kali menjamu paserta Rally Yacht Internasional yaitu saat Sail Bunaken 2009 dan saat Sail Banda 2010. Jumlah yacht yang singgah di Pelabuhan Wanci pada tahun 2009, 67 buah yacht dan pada tahun 2010, 47 buah yacht.Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad, penyelenggaraan kegiatan kebaharian nasional pada 2011 ini bertema `’Clean the Ocean for Future Live”. Ini untuk menyikapi terjadinya perubahan iklim karena meningkatnya suhu permukaan air laut akibat berbagai aktivitas pengelolaan kelautan yang tak memenuhi standar pengelolaan lingkungan.Rangkaian acara SWB 2011 adalah yacht rally, aksi sosial dalam Operasi Bhakti Surya Bhaskara Jaya, seminar nasional dan internasional mengenai pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan. Juga lintas nusantara remaja bahari serta pameran produk kelautan dan perikanan. SWB 2011 dilaksanakan selama enam pekan yang dimulai pada pekan kedua Juli hingga pekan keempat Agustus.


Wakatobi layak mengklaim sebagai surga nyata bawah laut di jantung segitiga terumbu karang dunia yang meliputi enam negara, yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Pulau Solomon, dan Timor Leste. Taman Nasional Wakatobi memiliki 750 jenis terumbu karang dari 850 jenis terumbu karang di dunia. Dari tiga pusat penyelaman kelas dunia, Wakatobi lebih unggul dan menakjubkan. Ini sudah diakui dunia. Karibia hanya punya 50 jenis terumbu karang, sedang Laut Merah (Mesir) punya 300 jenis terumbu karang.Veda Santiaji, Project Leader Joint Program The Nature Conservancy-WWF untuk Taman Nasional Wakatobi, mengatakan sumber daya alam di Wakatobi sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai laboratorium alam yang luar biasa.


WWF mengidentifikasi delapan sumber daya alam yang penting di Taman Nasional Wakatobi. Yakni meliputi terumbu karang, mangrove, lamun atau padang rumput laut (sea grass), daerah pemijahan ikan, mamalia laut, burung-burung migrasi, peneluran penyu, dan ikan-ikan pesisir.

Rabu, 08 Februari 2012

Bila Pesawat Delay, Apa Saja kewajiban Maskapai?


Pertanyaan :
Hal yang saya ingin tanyakan sebenarnya mungkin merupakan pertanyaan klise yaitu mengenai ganti rugi bila pesawat delay. Apakah benar, penumpang berhak mendapatkan ganti tiket penerbangan lain jika terjadi keterlambatan penerbangan? Selama ini kok saya cuma dapat makanan? Mohon penjelasannya. Terima kasih.

Jawaban :
Terkait dengan keterlambatan angkutan udara, UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (“UU Penerbangan”) menjelaskan definisi keterlambatan sebagai “terjadinya perbedaan waktu antara waktu keberangkatan atau kedatangan yang dijadwalkan dengan realisasi waktu keberangkatan atau kedatangan” (lihat Pasal 1 angka 30 UU Penerbangan). 

Jenis-jenis keterlambatan kemudian diperjelas dalam Peraturan Menteri Perhubungan No. 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara (“Permenhub 77/2011”). Menurut Pasal 9 Permenhub 77/2011, keterlambatan terdiri dari:
a.    keterlambatan penerbangan (flight delayed);
b.    tidak terangkutnya penumpang dengan alasan kapasitas pesawat udara (denied boarding passenger); dan
c.    pembatalan penerbangan (cancelation of flight).

Dalam hal terjadi keterlambatan penerbangan (flight delayed) pada angkutan penumpang yang dimaksud Pasal 9 huruf a Permenhub 77/2011 di atas, pengangkut (dalam hal ini maskapai penerbangan) bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpangnya.  Ganti rugi yang wajib diberikan oleh maskapai penerbangan kepada penumpang sebelumnya telah diatur dalamPasal 36 Peraturan Menteri Perhubungan No. 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara (“Permenhub 25/2008”) yaitu:
a.      keterlambatan lebih dari 30 (tiga puluh) menit sampai dengan 90 (sembilan puluh) menit, perusahaan angkutan udara niaga berjadwal wajib memberikan minuman dan makanan ringan;
b.      keterlambatan lebih dari 90 (sembilan puluh) menit sampai dengan 180 (seratus delapan puluh) menit, perusahaan angkutan udara niaga berjadwal wajib memberikan minuman, makanan ringan, makan siang atau malam dan memindahkan penumpang ke penerbangan berikutnya atau ke perusahaan angkutan udara niaga berjadwal lainnya, apabila diminta oleh penumpang;
c.      keterlambatan lebih dari 180 (seratus delapan puluh) menit, perusahaan angkutan udara niaga berjadwal wajib memberikan minuman, makanan ringan, makan slang atau malam dan apabila penumpang tersebut tidak dapat dipindahkan ke penerbangan berikutnya atau ke perusahaan angkutan udara niaga berjadwal lainnya, maka kepada penumpang tersebut wajib diberikan fasilitas akomodasi untuk dapat diangkut pada penerbangan hari berikutnya.

Kemudian, pemerintah melengkapi ketentuan ganti rugi dalam Permenhub 25/2008 dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 10 Permenhub 77/2011, sebagai berikut:
a.      keterlambatan lebih dari 4 (empat) jam diberikan ganti rugi sebesar Rp. 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) per penumpang;
b.      diberikan ganti kerugian sebesar 50% (lima puluh persen) dari ketentuan huruf a apabila pengangkut menawarkan tempat tujuan lain yang terdekat dengan tujuan penerbangan akhir penumpang (re-routing), dan pengangkut wajib menyediakan tiket penerbangan lanjutan atau menyediakan transportasi lain sampai ke tempat tujuan apabila tidak ada moda transportasi selain angkutan udara;
c.      dalam hal dialihkan kepada penerbangan berikutnya atau penerbangan milik Badan Usaha Niaga Berjadwal lain, penumpang dibebaskan dari biaya tambahan, termasuk peningkatan kelas pelayanan (up grading class) atau apabila terjadi penurunan kelas atau sub kelas pelayanan, maka terhadap penumpang wajib diberikan sisa uang kelebihan dari tiket yang dibeli.

Ketentuan peralihan dari Permenhub 77/2011 tidak menyatakan tidak berlakunya Permenhub 25/2008, sehingga keduanya tetap berlaku. Hanya saja, ketentuan ganti kerugian yang diatur Permenhub 77/2011 baru mulai berlaku tiga bulan sejak tanggal ditetapkan atau tiga bulan sejak 8 Agustus 2011 (lihat Pasal 29 Permenhub 77/2011).

Jadi, memang dalam beberapa kondisi sebagaimana tersebut di atas, penumpang berhak dipindahkan ke penerbangan lain (mendapat tiket penerbangan lain), selain mendapatkan makanan dan minuman.

Meksi demikian, pengangkut dibebaskan dari tanggung jawab atas ganti kerugian akibat keterlambatan penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a yang disebabkan oleh faktor cuaca dan/atau teknis operasional (lihat Pasal 13 ayat [1] Permenhub 77/2011). Yang dimaksud faktor cuaca dan teknis operasional dijelaskan dalam penjelasan Pasal 146 UU Penerbangan dan jugaPasal 13 ayat (2) dan ayat (3) Permenhub 77/2011, seperti dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:


Faktor Cuaca
Teknis Operasional
TIDAK Termasuk Teknis Operasional
hujan lebat, petir, badai, kabut, asap, jarak pandang di bawah standar minimal, atau kecepatan angin yang melampaui standar maksimal yang mengganggu keselamatan penerbangan

(Pasal 146 UU Penerbangan danPasal 13 ayat [2] Permenhub 77/2011)


a.     bandar udara untuk keberangkatan dan tujuan tidak dapat digunakan operasional pesawat udara;
b.    lingkungan menuju bandar udara atau landasan terganggu fungsinya misalnya retak, banjir, atau kebakaran;
c.     terjadinya antrian pesawat udara lepas landas (take off), mendarat (landing), atau alokasi waktu keberangkatan (departure slot time) di bandar udara; atau
d.    keterlambatan pengisian bahan bakar (refuelling).

(Pasal 146 UU Penerbangan dan Pasal 13 ayat [3] Permenhub 77/2011)
a.     keterlambatan pilot, co pilot, dan awak kabin;
b.    keterlambatan jasa boga (catering);
c.     keterlambatan penanganan di darat;
d.    menunggu penumpang, baik yang baru melapor (check in), pindah pesawat (transfer) atau penerbangan lanjutan (connecting flight); dan
e.    ketidaksiapan pesawat udara.

(Penjelasan Pasal 146 UU Penerbangan)

Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.

Dasar hukum:
2.    Peraturan Menteri Perhubungan No. 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara
3.    Peraturan Menteri Perhubungan No. 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara;

Setiap artikel jawaban Klinik Hukum dapat Anda simak juga melalui twitter @klinikhukum, atau facebook Klinik Hukumonline.
Penanya : amelia-2011
Jawaban oleh : Diana Kusumasari
Sumber : Bung Pokrol
Diterbitkan :12.09.11 13:00

Minggu, 05 Februari 2012

Pantai Tanjung Benoa Pusat Wisata Air


Pantai Tanjung Benoa terletak di Kecamatan Tanjung Benoa, Kabupaten Badung, Propinsi Bali, Pulau Bali, Indonesia.
Pantai Tanjung Benoa adalah salah-satu pantai yang cukup terkenal di Pulau Bali, dengan wisata airnya yang beraneka ragam telah membuat Pantai Tanjung Benoa dikenal sebagai pusat wisata air. Setiap tahunnya banyak wisatawan yang datang ke Pantai ini untuk tujuan berlibur, baik bersama teman atau bersama keluarga. Pantai Tanjung Benoa adalah tempat yang sangat cocok untuk liburan keluarga.
Banyak kegiatan yang dapat dilakukan dipantai ini, seperti bersantai bersama teman atau keluarga, berjemur, berjalan-jalan sepanjang pantai, berenang dan lain-lainnya.

Pantai Tanjung Benoa mempunyai pantai yang landai, berpasir putih serta ombak lautnya cenderung tenang sehingga kurang cocok untuk olahraga selancar,
Untuk menuju kawasan Tanjung Benoa, wisatawan dapat menggunakan kendaraan pribadi, sewa kendaraan atau dengan menggunakan bus-bus pariwisata. Jaraknya dari Kota Denpasar sekitar 11 km, dari kawasan Kuta berjarak sekitar 7 km dan dari Bandara Ngurah Rai berjarak sekitar 5 km. Di Kawasan Tanjung Benoa tersedia fasilitas untuk wisatawan seperti hotel berbintang, villa, restoran dan masih banyak lagi lainnya.

Beberapa Wisata Air Yang Menarik Di Pantai Dan Laut Tanjung Benoa :


  • Parasailing

Parasailing adalah permainan dengan menggunakan payung parasut, payung parasut akan mengudara dengan ditarik oleh speed boat dan wisatawan akan merasakan seolah-olah seperti sedang terjun payung.


  • Flying Fish

Flying Fish adalah semacam perahu dari karet yang didisain sedemikian rupa. Flying Fish akan mengudara dengan ditarik oleh speed boat yang berkecepatan tinggi dan akan terbang diatas air setinggi 2 meter atau lebih, tergantung kecepatan angin pada saat itu, persis seperti permainan layang-layang.


  • Jetski

Jetski adalah adalah kendaraan air yang berbentuk kecil dan mirip seperti sepeda motor.


  • Water Ski

Water Ski adalah sebuah permainan yang mirip seperti olahraga ski diatas salju, yaitu dengan menggunakan dua papan yang dipasang pada masing-masing kaki. Water Ski ini meluncur dengan ditarik oleh speed boat.


  • Wake Board

Wake Board adalah sebuah permainan air yang mirip seperti olahraga Skateboard, yaitu dengan menggunakan sebuah papan seluncur, yang akan meluncur dengan ditarik oleh speed boat.


  • Snorkeling

Snorkeling adalah kegiatan berenang dipermukaan air sambil melihat pemandangan dibawah laut dengan menggunakan kacamata selam dan sebuah snorkel (semacam pipa untuk bernapas). Perlengkapan tambahan untuk snorkeling adalah kaki katak (swimfin) dan wetsuit (semacam baju karet ketat). Dengan snorkeling ini wisatawan dapat melihat pemandangan dibawah laut, seperti terumbu karang dan ikan-ikan hias.


  • Scuba Diving

Scuba Diving adalah sebuah wisata menyelam. Didalam laut, wisatawan akan dapat melihat terumbu karang yang sangat indah dan ikan-ikan hias yang berwarni-warni.


  • Banana Boat

Banana Boat adalah semacam perahu karet berbentuk panjang. Banana Boat ini ditarik oleh speed boat untuk berkeliling pantai. Menariknya, kadang-kadang wisatawan sengaja meminta untuk diceburkan ke air dengan cara memiringkan Banana Boat.


  • Rolling Donut

Rolling Donut adalah semacam permainan dengan menggunakan pelampung yang bentuknya bulat seperti kue donat dan wisatawan duduk didalamnya. Rolling Donut ini ditarik oleh speed boat.


  • Glass Bottom Boat + Turtle Island

Glass Bottom Boat adalah sebuah perjalanan wisata dengan naik perahu. Perahu wisata ini dibagian dasar perahunya dipasang kaca tembus pandang yang cukup lebar, melalui kaca tembus pandang ini wisatawan dapat melihat kedasar laut yang dangkal. Didasar laut ini terdapat ratusan ekor ikan yang berwarna-warni dan juga terdapat karang laut yang indah.
Dengan perahu wisata tersebut, perjalanan selanjutnya adalah menuju Pulau Penyu (Turtle Island) untuk melihat tempat penangkaran hewan Penyu. Pulau Penyu adalah tempat untuk mengembang-biakkan berbagai spesies Penyu yang hampir punah.


  • Seawalker

Seawalker adalah sebuah rekreasi berjalan di dasar laut dengan menggunakan helm yang kedap air serta dilengkapi dengan oksigen untuk bernapas. Didasar laut pada kedalaman sekitar 7 meter, wisatawan akan melihat terumbu karang dan ikan-ikan yang indah serta berwarna-warni.

sumber : http://indonesia-indahnya.blogspot.com/
Kamis, 02 Februari 2012

Terlambat Empat Jam Rp 300 Ribu

Sriwijaya Post - Rabu, 24 Agustus 2011 09:59 WIB


ilustrasi pesawat parkir (dok. antara)

JAKARTA, SRIPO — Para pengguna jasa penerbangan komersial kini dapat bernafas lega. Keselamatan jiwa dan barang bawaan penumpang akan lebih terjamin. Pemerintah menerbitan peraturan baru yang memungkinkan penumpang mengklaim dana tunai sebagai pengganti apabila penerbangan terlambat, barang bawaan rusak atau hilang, hingga pada meninggalnya penumpang akibat kecelakaan.

Menhub Freddy Numbery menerbitakan Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 77/2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara yang telah diteken  8 Agustus lalu.


Aturan ini akan diberlakukan selambatnya tiga bulan setelah ditandatangani menteri. “Ketentuan ini tentu harus disosialisasikan dulu ke operator dan pihak terkait,” kata Direktur Angkutan Udara Kementerian Perhubungan Edward Alexander Silooy di Jakarta, Selasa (23/8).

Perusahaan maskapai penerbangan yang ceroboh akan menanggung beban pengeluaran besar.  Sebab ketentuan baru ini di antaranya mewajibkan maskapai untuk membayar ganti rugi tunai atas keterlambatan pesawat lebih dari empat jam Rp 300.000.

Untuk barang bawaan terdaftar yang hilang, disebutkan, maskapai harus menanggung sebesar Rp 200.000 per kg maksimal Rp 4 juta.

Jenis tanggung jawab maskapai agar bertanggung jawab atas kerugian terhadap enam hal pokok, yakni pertama, penumpang yang meninggal dunia, cacat tetap dan luka-luka.

Kedua, hilang atau rusaknya bagasi kabin. Ketiga, hilang, musnah, atau rusaknya bagasi tercatat. Keempat, hilang, musnah, atau rusaknya kargo. Kelima, keterlambatan angkutan udara, dan keenam, kerugian yang diderita pihak ketiga.

Soal tanggung jawab pemberian ganti rugi atas keterlambatan pesawat atau delay, pada pasal 10 disebutkan keterlambatan lebih dari 4 jam diberikan ganti rugi Rp 300.000 per penumpang.
Pada pasal 5 disebutkan jumlah ganti rugi terhadap penumpang yang mengalami kehilangan, musnah atau rusaknya bagasi tercatat diganti Rp 200.000 per kilogram dan paling banyak Rp 4 juta per penumpang. Selanjutnya pada pasal 7, kehilangan kargo diganti Rp100.000 per kg kepada pengirim, dan jika rusak diganti Rp 50.000 per kg.

Jika ada penumpang meninggal akibat kecelakaan pesawat komersial, keluarga korban berhak mendapat klaim asuransi sebesar Rp 1,25 miliar.

Nominal yang sama harus dibayarkan kepada korban kecelakaan pesawat udara yang mengalami cacat tetap di seluruh tubuhnya. Selain untuk penumpang, pemerintah juga mewajibkan maskapai penerbangan memberikan jaminan asuransi bagi bagasi yang hilang dan keterlambatan penerbangan.

Permenhub dengan meliputi 10 bab dan 29 pasal yang meliputi jenis tanggung jawab maskapai agar bertanggung jawab atas kerugian terhadap enam hal pokok. Yakni menyangkut penumpang yang meninggal dunia, cacat tetap dan luka-luka. Kedua, hilang atau rusaknya bagasi kabin. Ketiga, hilang, musnah, atau rusaknya bagasi tercatat. Keempat, hilang, musnah, atau rusaknya kargo. Kelima, keterlambatan angkutan udara, dan keenam, kerugian yang diderita oleh pihak ketiga.

Silooy menambahkan, santunan korban meninggal dan cacat tetap akibat kecelakaan pesawat udara ini sesuai dengan konvensi Montreal 1999. “Kita sebenarnya sudah ketinggalan dengan negara-negara lainnya, Singapore Airlines sudah menerapkan besaran Rp1 miliar sejak tahun 2000, mereka sudah meratifikasi,” jelasnya.

Sekretaris Jenderal Indonesia National Air Carrier Association (INACA) Tengku Burhanuddin meminta agar Peraturan Menhub (Permenhub) No 77 tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara hendaknya diberlakukan enam bulan setelah sosialisasi.

“Kami meminta aturan ini diberlakukan minimal enam bulan setelah sosialisasi untuk mempersiapkan maskapai bernegosiasi dengan perusahaan asuransi,” kata Tengku.

Seperti diberitakan, Permenhub No 77/2011 mewajibkan maskapai melaksanakan ratifikasi Montreal tahun 1999 yaitu memberikan asuransi kepada penumpang korban kecelakaan udara minimal 100.000 dolar AS.

Permenhub juga mengatur mengenai rusaknya atau kehilangan tas di bagasi, yaitu penggantian sebesar Rp 200 ribu per kg maksimal hingga Rp 4 juta. Sedangkan untuk delay, pemerintah menetapkan calon penumpang harus dapat santunan  sebesar Rp 300 ribu bila terjadi delay (keterlambatan penerbangan)  hingga empat jam.

Untuk asuransi delay ini, menurut Tengku merupakan satu-satunya kewajiban asuransi delay satu-satunya di dunia. “Ditempat lain tidak ada, hanya di Indonesia. Tetapi kenapa semuanya harus diganti dengan uang. Toh ada kewajiban maskapai misalnya harus memberi makanan dan penginapan,” jelas Tengku.

Sementara untuk bagasi juga tidak seharusnya diwajibkan, karena nilai bawaan penumpang sangat bervariasi. “Sebaiknya tidak perlu diwajibkan untuk asuransi, tetapi cukup pilihan saja bagi penumpang. Jadi misalnya ada yang membawa emas atau barang berharga bisa mengasuransikannya sendiri,” jelasnya.

Berbeda dengan Tangku, Direktur Niaga Sriwijaya Air, Toto Nursatyo menyambut baik hadirnya aturan tersebut. Menurutnya untuk gantirugi barang dan delay, pihaknya telah mengasuransikan, meski secara opsional dari penumpangnya.

“Kalau wajib tinggal dijual bersama dengan tiket,” ujarnya.
Sementara untuk tanggungjawab korban nyawa, saat ini Sriwijaya Air juga telah measuransikan bersama pesawatnya itu sendiri. “Untuk hull (badan pesawat) kita sudah asuransikan bersama penumpang. Kalau penumpang santunannya sebesar 150.000 dollar AS per penumpang,” tandasnya kepada Tribun.
(tribunnews/ewa)

Sumber : http://palembang.tribunnews.com/2011/08/24/terlambat-empat-jam-rp-300-ribu

Kereta Bandara Soekarno Hatta Beroperasi 2013


Marieska Harya Virdhani - Okezone
Ilustrasi Kereta Rel Listrik (dok: okezone)
Rabu, 25 Januari 2012 15:10 wib

DEPOK – Kementerian Perhubungan tengah fokus membangun jalur ganda kereta yang menghubungkan langsung ke Bandara Soekarno Hatta. Kemenhub menargetkan tahun 2013 pembangunan jalur utara dan selatan selesai dibangun.

“Kita lakukan pembangunan jalur ganda diantara stasiun Duri Tangerang, kemudian nanti juga akan diteruskan dengan Tangerang dan bandara sendiri, itu diharapkan dalam 1-2 tahun kelar, 2013 selesai target,” ujar Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susatono di Balai Sidang Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat, Rabu (25/01/12).



Saat ini, kata Bambang, proyek tersebut sudah selesai tahap pembebasan lahan. Konstruksi akan dibuat secara pararel dan tahun 2013 sudah mulai bias beroperasi.

Jalurnya dari peta stasiun utama di Manggarai dan Sudirman dari situ ke Bukit Duri, lalu ke barat, Tangerang. “Pas di Tangerang ini yang lagi dipelajari,” tuturnya.

Pembebasan lahan seluas 5 kilometer, sebagian 3 kilometer itu dari Angkasa Pura. Bila tak ada kendala, target pembebasan lahan harus kelar tahun ini, tahun depan konstruksi pararel.

Bambang menyebutkan proyek tersebut menelan anggaran Rp 1,7 miliar dari APBN. “Alokasi dana campuran antara BUMN sama Kemenhub, ground breaking akan dilakukan Juni – Juli tahun ini,” tandasnya.

Nantinya, setiap hari, kereta yang akan melintas jedah waktunya 15 hingga 30 menit. “Akan ada dua kereta yakni commuter line dan ekspres, commuter line lewat Tangerang dan Ekspres lewat pluit,” paparnya.

Sumber http://news.okezone.com/read/2012/01/25/338/563206/kereta-bandara-soekarno-hatta-beroperasi-2013
Rabu, 01 Februari 2012

Manusia Virtual Gantikan Pegawai Bandara


INILAH.COM, Jakarta – Agen penerbangan ‘virtual’ mulai menyapa para penumpang di bandara Prancis. Hal ini guna menggantikan tenaga kerja manusia yang tak bisa selalu tersenyum.

Pegawai ‘virtual’ ini dipertaruhkan untuk menggantikan manusia yang tak selalu bisa tersenyum dan butuh istirahat. Proyek awal berlangsung di bandara Orly Prancis mulai bulan lalu. Sejauh ini, proyek ini berhasil menghibur para pelancong dan membuat mereka terkejut.

Begitu meyakinkannya, seringkali ada orang yang mencoba menyentuh dan berbicara dengan gambar video yang menyapa mereka dan mengarahkan mereka ke gerbang penerbangan.

Gambar yang muncul muncul begitu saja ketika agen penerbangan (manusia nyata) menekan tombol untuk memberi sinyal penerbangan akan dimulai. Pegawai ‘virtual’ ini sebenarnya diproyeksikan ke siluet dengan bentuk manusia yang terbuat dari plexiglass.

Sebanyak tiga agen bandara nyata difilmkan di studio untuk menciptakan ilusi yang diharapkan akan lebih menarik dan mudah bagi penumpang memahami mereka dibanding layar terminal elektronik tradisional.

“Selamat pagi! Silahkan pergi ke gerbang boarding. Bandara Paris mengucapkan selamat bepergian,” kata gambar yang muncul sementara nama tujuan berkedip di depannya. Otorita bandara AdP menjadi pelopor ide ‘hologram 2-D’ ini di awal tahun.

Hal ini menjadi cara yang cukup menguras pikiran saat akan memodernisasi Hall 40, salah satu dari lusinan gerbang boarding di bandara kedua Paris, di selatan ibukota. Direktur operasional bandara Didier Leroy mengatakan, “Anak-anak menyukainya. Mereka tertarik dan mencoba bermain dengannya,” katanya.

Namun, ada pula sedikit pihak yang menganggapnya tak berguna atau hanya sebuah alat, lanutnya. Teknologi di balik gambar ini dikembangkan agensi pemasaran audiovisual Paris, L'Oeil du Chat.

Agen maya serupa juga bisa ditemui di bandara London dan Manchester sejak awal tahun ini. Hall 40 melayani 30-40 penerbangan tiap harinya, ujar Leroy. Sekitar satu juta penumpang per tahun melewatinya, terutama pada perjalanan ke selatan Prancis dan Corsica.

Pihak bandara memutuskan membuat ‘laboratorium’ pengujian cara baru guna mengorganisir gerbang boardingnya. Gerbang boarding di bandara ini mengalami perombakan besar-besaran musim semi ini untuk menciptakan 40% ruang yang lebih besar dan 20% kursi yang lebih banyak sehingga dapat menampung 400 penumpang.

Saat penumpang naik pesawat ke Bastia di Corsica, anak lima tahun mendekati hologram dan mengucapkan, “Halo!”. Gambar pra-rekaman itu pun tersenyum, berkedip, melipat tangannya, melirik ke kiri namun tak mengatakan apa-apa.

Leroy mengatakan, percobaan bandara dengan realitas virtual ini akan dievaluasi pada akhir tahun. Setelahnya, bisa diperluas untuk ruang boarding lain di Orly atau yang lebih besar, yakni di Charles de Gaulle Paris.

Sayangnya, tak semua penumpang memberi tanggapan serupa anak kecil tersebut. “Pegawai virtual ini menyeramkan. Matanya tampak seolah mengikuti Anda,” ujar pilot Air France Cedric Olivier (32).

Pada penumpang lain, mereka bergegas melewati hologram itu bahkan nyaris tak meliriknya sama sekali karena lebih mementingkan naik pesawat dibanding menemukan ruang menunggu. [mdr]

sumber : http://teknologi.inilah.com/read/detail/1770248/manusia-virtual-gantikan-pegawai-bandara

Shalat di atas Pesawat dan Jarak Safar


Tanya: Bagaimana cara shalat di atas pesawat? Berapa jarak safar yang dengannya dibolehkan mengqashar shalat dan meninggalkan puasa?

Jawab:

Al-Imam Al-Albani tmenjawab, “Safar itu dimulai dari keluarnya seseorang dari negeri/daerahnya, terhitung dari batas daerahnya. Tentang shalat di atas pesawat, orang yang biasa naik pesawat di zaman sekarang ini akan menyaksikan bahwa pesawat memiliki kelebihan dari sisi kenyamanan di mana penumpangnya tidak merasa sedang terbang di antara langit dan bumi.



Beda halnya dengan kapal laut, di mana terkadang memberikan goncangan kepada penumpangnya, lebih besar daripada goncangan pesawat. Karena itu orang yang mengendarai pesawat, bila memang pesawatnya besar, luas dan lapang, ia akan mendapati tempat kosong yang di situ ia bisa berdiri dan duduk saat mengerjakan shalat.

Inilah yang wajib berdasarkan kaidah yang telah lewat penyebutannya:

اتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ

“Bertakwalah kalian kepada Allah semampu kalian.”

Termasuk kewajiban yang harus diperhatikan oleh orang yang ingin shalat di atas pesawat adalah memerhatikan pada awal shalatnya di mana arah kiblat, bila memang memungkinkan untuk mengetahuinya, kemudian ia shalat menghadap kiblat tersebut. Setelah itu tidak menjadi masalah pesawatnya menghadap ke mana saja, mengarah ke kiri atau kanan. Ia tetap melanjutkan shalatnya sesuai dengan arah awal ia menghadap (walaupun ternyata tidak lagi menghadap kiblat karena arah pesawat telah berubah, pent.)

Yang penting, ada dua perkara yang harus diperhatikan oleh penumpang pesawat, penumpang kapal, atau penunggang hewan.

Pertama: Bila mampu untuk berdiri dan duduk dalam shalat, hendaklah ia melakukannya. Bila memungkinkan baginya untuk turun dari kendaraannya seperti orang yang mengendarai mobil, hendaknya ia turun dan shalat sebagaimana biasanya.

Kedua: Ia memulai shalatnya di atas kendaraan yang ditumpanginya dengan menghadap kiblat, setelah itu tidak menjadi masalah bila mobil, pesawat, atau kapal yang ditumpanginya, ataupun hewan (yang ditungganginya) itu bergerak sehingga arah kiblat berpindah. Kecuali bila memungkinkan baginya untuk turun dari kendaraannya, maka ia shalat seperti biasanya.

Tentang safar, tidak ada batasan jarak tertentu dengan ukuran kilometer atau marahil. Karena ketika Allah l menyebutkan safar dalam Al-Qur`an berkaitan dengan qashar shalat ataupun kebolehan berbuka (tidak puasa) di bulan Ramadhan, Allah l menyebutkan safar secara mutlak, tanpa menetapkan batasannya. Bisa kita lihat hal ini dalam firman-Nya:

“Apabila kalian melakukan perjalanan di muka bumi (safar) maka tidak ada dosa atas kalian untuk kalian mengqashar shalat.” (An-Nisa`: 101)

Lafadz: merupakan ungkapan dari safar, di mana Allah l menyebutkannya secara mutlak (tanpa pembatasan ini dan itu…, pent.)

Demikian pula dalam firman-Nya:

“Siapa di antara kalian yang sakit atau dalam keadaan safar, maka (ia boleh meninggalkan puasa) dengan menggantinya pada hari-hari yang lain.” (Al-Baqarah: 184)

Dengan demikian yang benar dari pendapat yang ada di kalangan ulama tentang pembatasan jarak safar adalah tidak ada batasannya. Setiap itu disebut safar, menurut kebiasaan (‘urf) dan menurut pengertian syar’i, berarti itulah safar, baik jaraknya jauh ataupun dekat. Perjalanan tersebut safar menurut kebiasaan yang dikenali di tengah manusia. Dari sisi syar’i memang orang yang menempuhnya bertujuan untuk safar. Karena terkadang kita dapati ada orang yang menempuh jarak jauh bukan untuk safar, seperti kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah t, “Terkadang seseorang keluar dari negerinya untuk berburu. Lalu ia tidak mendapatkan buruannya hingga ia terus berjalan mencari-cari sampai akhirnya ia tiba di tempat yang sangat jauh. Ternyata di akhir pencariannya ia telah menempuh jarak yang panjang, ratusan kilometer. Kita menganggap orang ini bukanlah musafir, padahal bila orang yang keluar berniat safar dengan jarak yang kurang daripada yang telah ditempuhnya telah teranggap musafir. Tapi pemburu ini keluar dari negerinya bukan bertujuan safar sehingga ia bukanlah musafir. Berarti yang namanya safar harus menurut ‘urf (adat masyarakat) dan sesuai pengertian syar’i. (Al-Hawi min Fatawa Asy-Syaikh Al-Albani,  hal. 227)

Kategori: Majalah AsySyariah Edisi 040

sumber asysyariah.com/shalat-di-atas-pesawat-dan-jarak-safar.html
Template oleh Blog SEO Ricky - Support eva fashion store