• Mengejar matahari terbit agar dapat menyaksikan lumba-lumba di laut lepas
  • Pantai ini telah diakui keindahannya oleh UNDP
  • DESKRIPSI GAMBAR 3
  • DESKRIPSI GAMBAR 4
Minggu, 13 Mei 2012

Pendapat Lain tentang Pengaruh Sinyal Handphone terhadap Peswat Terbang

Pesawat Sukhoi Superjet 100 lepas landas dari Bandara Halim
Perdanakusuma,Jakarta, Rabu (9/5) (kompas)
.

Beberapa hari setelah terjadinya kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 yang tengah melakukan Joy Flight di kawasan Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, beredar Broadcast BBM,  yang menyatakan bahwa penyebab kecelakaan –selain sudah menjadi qodarullah,
tentunya- adalah karena para penumpang tetap menggunakan ponsel saat di dalam kabin pesawat -“ Sejumlah penumpang pesawat naas Sukhoi itu ternyata mengaktifkan HPnya tepat di saat pesawat sedang terbang. Terbukti sejumlah panggilan ke HP mereka nyambung. Padahal ini sangat tak diperbolehkan dan bisa membahayakan penerbangan.”-, dengan argumen bahwa sinyal telepon seluler dapat mengganggu alat navigasi pesawat dan di akhir Broadcast tersebut tertaut sebuah link berikut : 


Setelah kami cek ternyata di sana juga memuat sebuah tulisan yang pernah kami tampilkan di www.unaisah-travel.web.id ini yaitu pada halaman PENGARUH SINYAL HANDPHONE TERHADAP PESAWAT TERBANG  meski pada saat kami menampilkan tulisan tersebut banyak kontroversi yang kami baca berkaitan dengan hal tersebut, namun hal tersebut tetap kami tampilkan, dengan harapan, agar kita bisa menjadi lebih mentaati peraturan yang dibuat oleh maskapai.

Namun, pagi ini kami mendapatkan sebuah ulasan di Tekno.kompas.com yang mudah-mudahan bisa memberikan wawasan buat kita dan agar kita tidak memvonis sesuatu sebelum ada hasil investigasi yang memadai.

Berikut adalah ulasan Tekno.kompas.com yang dimuat hari ini, Senin, 14 Mei 2012 pk 07.15:
---
Terlalu Naif Salahkan Ponsel
JAKARTA, KOMPAS.com - Belum reda duka atas musibah pesawat Sukhoi Superjet 100, berbagai isu penyebab kecelakaan mendominasi dunia maya.
Yang memprihatinkan, isu itu justru menyalahkan para korban yang dituduh tetap mengaktifkan telepon seluler (ponsel). Padahal, saat terbang dengan ketinggian ribuan kaki, sangatlah sulit untuk bisa mendapatkan sinyal dari base transceiver station (BTS).
”Sebenarnya potensi sinyal bisa tertangkap di dalam pesawat sangat kecil. Memang masih ada kemungkinan, yaitu saat side lobe antenna direksional BTS teresterial berada di bawah pesawat atau karena pantulan sinyal di darat yang biasa disebut multipath fading signal. Itu pun hanya sesaat, kecuali saat pesawat tinggal landas dan mendarat,” kata Donny Meirantika, Customer Solution Manager Ericsson Indonesia, Minggu (13/5).
Praktisi bidang mobile broadband itu menjelaskan, sinyal yang tertangkap di dalam pesawat membahayakan atau tidak terhadap sistem navigasi pesawat masih menjadi perdebatan. Industri penerbangan hanya mengambil konsensus untuk aman.
”Memang ada potensi EM interference yang cenderung lebih tinggi dengan electronic equipment pesawat apabila sinyal masih bisa ditangkap di pesawat,” kata Donny.
Alasan lain, beberapa maskapai ingin menjual in flight phone services. Mereka tidak ingin bisnis tambahannya terganggu. Mereka memasang pico/nano BTS dalam pesawat. Ini lebih aman karena terdeteksi sebagai seluler tersendiri.
Dari pengalaman Kompas, penggunaan radio komunikasi berdaya besar oleh sebagian masyarakat bisa mengganggu jalur komunikasi penerbangan, baik yang menggunakan pita frekuensi HF (frekuensi tinggi) maupun VHF (frekuensi sangat tinggi).
Tentu saja frekuensi airband jauh di bawah pita frekuensi ponsel yang sebagian besar berada pita UHF (frekuensi ultratinggi), yaitu 800 MHz atau lebih tinggi. Sementara frekuensi VHF jauh di bawahnya. Spektrum maksimalnya masih 300 MHz.
Di sisi lain, Sukhoi sebagai pesawat modern tentu mengantisipasi hal ini. Apalagi rancangan SSJ 100 menggandeng vendor raksasa internasional, seperti Boeing, Thales, dan Liebherr.(AWE)
---
Demikianlah tulisan yang ini kami muat, dengan maksud, mudah-mudahan ada ilmu yang bisa diambil. Namun kami cenderung untuk tetap mematikan telpon seluler pada saat berada dalam penerbangan sesuai dengan konsesus yang dipilih oleh Industri penerbangan. Hal ini didukung pula dengan kaidah “mencegah mafsadat (kerusakan) lebih didahulukan daripada mengambil maslahat (kebaikan)” bisa kita terapkan pada kasus ini wallau a’lam.

sumber : http://tekno.kompas.com/read/2012/05/14/07153863/Terlalu.Naif.Salahkan.Ponsel


Pesawat Sukhoi Superjet 100 lepas landas dari Bandara Halim
Perdanakusuma,Jakarta, Rabu (9/5) (kompas)
.

Beberapa hari setelah terjadinya kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 yang tengah melakukan Joy Flight di kawasan Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, beredar Broadcast BBM,  yang menyatakan bahwa penyebab kecelakaan –selain sudah menjadi qodarullah,
tentunya- adalah karena para penumpang tetap menggunakan ponsel saat di dalam kabin pesawat -“ Sejumlah penumpang pesawat naas Sukhoi itu ternyata mengaktifkan HPnya tepat di saat pesawat sedang terbang. Terbukti sejumlah panggilan ke HP mereka nyambung. Padahal ini sangat tak diperbolehkan dan bisa membahayakan penerbangan.”-, dengan argumen bahwa sinyal telepon seluler dapat mengganggu alat navigasi pesawat dan di akhir Broadcast tersebut tertaut sebuah link berikut : 


Setelah kami cek ternyata di sana juga memuat sebuah tulisan yang pernah kami tampilkan di www.unaisah-travel.web.id ini yaitu pada halaman PENGARUH SINYAL HANDPHONE TERHADAP PESAWAT TERBANG  meski pada saat kami menampilkan tulisan tersebut banyak kontroversi yang kami baca berkaitan dengan hal tersebut, namun hal tersebut tetap kami tampilkan, dengan harapan, agar kita bisa menjadi lebih mentaati peraturan yang dibuat oleh maskapai.

Namun, pagi ini kami mendapatkan sebuah ulasan di Tekno.kompas.com yang mudah-mudahan bisa memberikan wawasan buat kita dan agar kita tidak memvonis sesuatu sebelum ada hasil investigasi yang memadai.

Berikut adalah ulasan Tekno.kompas.com yang dimuat hari ini, Senin, 14 Mei 2012 pk 07.15:
---
Terlalu Naif Salahkan Ponsel
JAKARTA, KOMPAS.com - Belum reda duka atas musibah pesawat Sukhoi Superjet 100, berbagai isu penyebab kecelakaan mendominasi dunia maya.
Yang memprihatinkan, isu itu justru menyalahkan para korban yang dituduh tetap mengaktifkan telepon seluler (ponsel). Padahal, saat terbang dengan ketinggian ribuan kaki, sangatlah sulit untuk bisa mendapatkan sinyal dari base transceiver station (BTS).
”Sebenarnya potensi sinyal bisa tertangkap di dalam pesawat sangat kecil. Memang masih ada kemungkinan, yaitu saat side lobe antenna direksional BTS teresterial berada di bawah pesawat atau karena pantulan sinyal di darat yang biasa disebut multipath fading signal. Itu pun hanya sesaat, kecuali saat pesawat tinggal landas dan mendarat,” kata Donny Meirantika, Customer Solution Manager Ericsson Indonesia, Minggu (13/5).
Praktisi bidang mobile broadband itu menjelaskan, sinyal yang tertangkap di dalam pesawat membahayakan atau tidak terhadap sistem navigasi pesawat masih menjadi perdebatan. Industri penerbangan hanya mengambil konsensus untuk aman.
”Memang ada potensi EM interference yang cenderung lebih tinggi dengan electronic equipment pesawat apabila sinyal masih bisa ditangkap di pesawat,” kata Donny.
Alasan lain, beberapa maskapai ingin menjual in flight phone services. Mereka tidak ingin bisnis tambahannya terganggu. Mereka memasang pico/nano BTS dalam pesawat. Ini lebih aman karena terdeteksi sebagai seluler tersendiri.
Dari pengalaman Kompas, penggunaan radio komunikasi berdaya besar oleh sebagian masyarakat bisa mengganggu jalur komunikasi penerbangan, baik yang menggunakan pita frekuensi HF (frekuensi tinggi) maupun VHF (frekuensi sangat tinggi).
Tentu saja frekuensi airband jauh di bawah pita frekuensi ponsel yang sebagian besar berada pita UHF (frekuensi ultratinggi), yaitu 800 MHz atau lebih tinggi. Sementara frekuensi VHF jauh di bawahnya. Spektrum maksimalnya masih 300 MHz.
Di sisi lain, Sukhoi sebagai pesawat modern tentu mengantisipasi hal ini. Apalagi rancangan SSJ 100 menggandeng vendor raksasa internasional, seperti Boeing, Thales, dan Liebherr.(AWE)
---
Demikianlah tulisan yang ini kami muat, dengan maksud, mudah-mudahan ada ilmu yang bisa diambil. Namun kami cenderung untuk tetap mematikan telpon seluler pada saat berada dalam penerbangan sesuai dengan konsesus yang dipilih oleh Industri penerbangan. Hal ini didukung pula dengan kaidah “mencegah mafsadat (kerusakan) lebih didahulukan daripada mengambil maslahat (kebaikan)” bisa kita terapkan pada kasus ini wallau a’lam.

sumber : http://tekno.kompas.com/read/2012/05/14/07153863/Terlalu.Naif.Salahkan.Ponsel


Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi vote Google + untuk halaman ini dengan cara mengklik tombol G+ di samping. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.
Judul: Pendapat Lain tentang Pengaruh Sinyal Handphone terhadap Peswat Terbang; Ditulis oleh Unknown; Rating Blog: 5 dari 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Template oleh Blog SEO Ricky - Support eva fashion store